Tawa kini menjadi tempat sembunyi. Apa
yang tersisa dari ketanpaan kini? Kita hanya terus belajar menjadi pendusta
yang hebat dalam tersenyum selepas perpisahan. Mungkin ada benarnya katamu,
tanpa sadar kita telah menjadi aktor. Kita terlalu menseriusi peran ini, sampai
sosok yang kita perankan menjadi duri dalam daging. Menjadi tak apa asal
penonton terhibur, meski kita didera sakit. Sakit yang hanya kita saja yang
rasa. Sementara dalamnya rasa kian nyata tiap kali kita sembunyikan perih dibalik
tawa.
-Alderachma
No comments:
Post a Comment