ABOUT

ABOUT

Monday, May 23, 2016

Barista dan Secangkir Flat White



Seorang barista yang baru saja membuka sebuah kedai kopi susu dipinggiran kota mengundang beberapa kelompok wanita untuk mencicipi kopi susu buatannya.


Ia suguhkan kopi racikannya tersebut kepada para tamu. Dan tak ada satu cangkir pun yang luput dari sentuhan terakhir penyempurna rasa. Susu. 


Dalam kerumunan yang hanyut akan cita rasa kopi susu sang barista, muncul seorang wanita bertubuh besar dengan tanda tanya yang sama besarnya. "Tuan, saya sangat tersanjung bisa mencicipi kopi susu buatan Anda. Saya takjub dengan kemampuan Anda menciptakan cita rasa kopi susu senikmat ini. Sungguh," puji wanita itu.


Sang barista memendarkan senyum mendengar pujian itu, kemudian mengucapkan terimakasih. Lesung pipi yang samar samar menyembul dibalik kulit coklatnya saat ia tersenyum membuat wanita itu ikut tersipu.


"Namun, jika boleh saya bertanya, bagaimana Kami bisa tahu kopi susu mana yang istimewa jika semua kopi Anda tambahkan susu dalam larutannya?, " tanya wanita itu berbinar-binar mulai jatuh hati pada sang barista.

Sang barista kembali tersenyum, kali ini ada ketegasan dalam tutur katanya yang begitu lembut. Setegas keyakinannya bahwa kopi susu yang ia suguhkan hari itu tak semua sama.


"Kopi susu yang tadi Anda minum itu, namanya Cappuccino. Hari ini Saya menyuguhkan tiga rasa kopi susu. Sebagian besar Cappuccino dan sebagian besarnya lagi berupa Latte. 


Namun ada satu cangkir yang sengaja Saya racik berbeda, Flat White", jelas barista. "Tapi Saya tidak melihat ada perbedaan yang membuat satu diantaranya menjadi istimewa karena semua kopi Anda selalu dibubuhi susu," Wanita itu terlihat bingung.


"Flat white adalah menu istimewa di kedai ini. Sepintas mungkin sama karena masih terbuat dari kopi dan susu. Yang membuatnya istimewa adalah, bahwa ia lebih kuat dari latte dan lebih lembut dari cappuccino." 

"Lalu tamu mana yang beruntung menikmati keistimewaan Flat White Anda?", lirih wanita itu tampak kecewa dan hilang harap. 


"Anda lihat wanita bergaun hitam di meja nomor tujuh?," sang barista menunjuk seorang wanita berkerudung yang duduk menyendiri dengan wajah muram memandang kosong ke arah cangkir dihadapannya. 


"Ia seperti halnya Flat White yang cenderung kuat namun tetap ada sedikit rasa lembut yang halus menyertainya. Sayangnya ia tak pernah sadar betapa istimewanya ia untuk saya. Wanita itu yang membuat saya merasa beruntung karena kerelaannya mau merasakan kopi susu yang khusus saya peruntukan untuk dia."



(Barista dan Secangkir Flat White~ Alderachma)



--------------------


Dari cerita barista tadi, kita melihat bahwa ada hal yang membedakan Penebar Pesona dan Peneguh Hati yang Tulus, saat seseorang (lawan jenis) melemparkan pertanyaan padamu:


"Kenapa kamu begitu baik dan memperlakukan semua wanita dengan begitu manis? 


Apakah kamu sudah punya pacar?" Penebar pesona akan menjawab,"karena memang sudah sepantasnya wanita diperlakukan dengan baik. Kalau memang pada akhirnya ada yg jatuh hati itu adalah hak mereka", sambil tersenyum tanpa memperjelas apapun, membuat wanita-wanita itu melahirkan harap yang mengatasnamakan hak dan dibiarkan hanyut dalam perasaan semu imaji pesona yang ditebarkan. Padahal hatinya sudah memilih.


Sementara Peneguh Hati yang Tulus tahu benar bahwasanya ia harus memperlihatkan batasan yang tegas dengan bertindak baik sewajarna, berkata halus yang tak harus manis namun santun, tahu bagaimana menjaga sikap untuk tidak membuat wanita lain merasa diberi celah secara sengaja. Dan ia akan menjawab,"Saya belum punya pacar, namun saya memiliki wanita istimewa yang saya cintai", saat ia hatinya sudah memilih.


Manusia mungkin memiliki dua telinga, dua mata, namun Tuhan menciptakan manusia hanya dengan satu hati. Maka saat hatimu sudah memilih, manusiakan ia dengan selalu menjaga hatinya seperti ia menjaga hubungan kalian dengan caranya memperjelas bahwa kamu adalah satu satunya untuk ia. #renunganmalam.



No comments:

Post a Comment