ABOUT

ABOUT

Saturday, July 7, 2018

Teruntuk Aku di Masa Kecil

Teruntuk aku yg masih belajar merangkak. Aku adalah kamu di tahun mendatang, yg ternyata setelah hampir kepala tiga pun aku masih belajar ~merangkak. 


Berkali berdiri, berkali pula aku jatuh. Entah karna lariku kencang hingga tersandung batu atau jatuh dilempar batu. Karena dunia di puluhan tahun mendatang, kamu akan menemukan manusia manusia kelaparan berkedok empati semu padahal hatinya terbuat dari batu, yg bahkan beberapa rela makan daging kaumnya sendiri. Bahkan berlomba. 


Tapi kamu jangan khawatir, jangan pula empatimu turut mati, karna itu yg membedakanmu dan kamu dibesarkan dengan keberkahan itu. Akan selalu ada tangan-tangan Tuhan yg menjagamu meskipun mereka melumatmu, kamu takkan dibiarkan sendiri. 


Tangis dalam doa-doa ibumu tak pernah luput dari telinga Sang Ilahi. Maka jangan marah saat ibumu kelak mengikatmu dengan larangan-larangan yg mungkin membuatmu benci. Sungguh, kelak saat kamu di usiaku, kamu akan bersyukur karena belenggu itu sesungguhnya yg memeliharamu dari ke-ngerian dunia dan menjadikanmu manusia yg dikasihi karna hatimu bukan dari batu.


Teruntuk aku yg kelak di usia belasan muak mengenakan seragam dan ingin lekas besar karena hidup itu penjara untuk anak kecil sepertimu. 


Sungguh..janganlah kamu lekas besar, karena menjadi besar adalah penjara sesungguhnya. Adalah tanggung jawab yg mengikat lebih erat dari sabuk pada seragam merah putihmu. 


Maka cukuplah kamu menikmati masa kecilmu dgn penuh syukur. Kelak itu yg membuatmu rindu dimana keyakinanmu belum luntur, bahwa unicorn itu ada dan awan itu terbuat dari cotton candy. Adalah saat di dunia hanya ada canda. Kamu merangkak didalamnya. | Alderachma, 7 Juli 2018.

No comments:

Post a Comment