ABOUT

ABOUT

Sunday, October 31, 2010

Ungkapan Simpati Semu Berkedok Nasehat!


taken from my journal. Monday, March 1, 2010 at 6:05pm


Wanita itu lagi-lagi menghampiriku. kali ini aku tak ingin melihat wajahnya, karena aku tahu, ia datang hanya untuk mengingatkanku akan luka yang sudah malas kujama kembali. Tapi, sekarang ia disini, duduk didekatku. Aku tahu ia menangis untukku, tapi aku mencoba untuk tak peduli, aku terlalu sibuk menekan emosiku agar tak keluar dalam butiran air mata. Ia membahas kisah serupa. Hah! Lagi-lagi tentang itu! Sudah kubilang, AKU M-U-A-K!!! kenapa orang-orang selalu saja menganggap diri mereka tahu segalanya! Mereka pikir mereka TUHAN???

Lagi-lagi ungkapan simpati semu berkedok nasehat! Lagi-lagi ia jejali telingaku dengan pepatah-pepatah yang semakin terdengar klise untukku! Hah! Ia memang ahlinya! Seolah bijak yang merasuki dirinya itu adalah cermin kehidupannya sehari-hari! Cerminpun tahu, ‘kaulah satu-satunya yang paling membutuhkannya, bukan aku!’

Rasanya aku ingin mereka terkutuk bisu!! Atau melepas telingaku, membuangnya ke laut!

Aku sudah terlalu bosan mendengar presepsi-presepsi dangkal mereka. Bahkan, duniapun tahu, hal yang kini tabu untuk kuingat, sudah jauh berlalu. Maka berhentilah menyegarkan ingatanku kembali akan hal itu. Berhentilah mendikte apa yang harus aku lakukan, cukuplah kau membantuku dengan diam. Kalaupun kau memang masih ingin bicara, bicaralah dalam doamu!

Inilah kenapa aku lebih suka menutupinya darimu. Karena kau hanya mampu mengulur-ulur pelepasan ingatanku akan hal buruk, seakan kau tak pernah rela aku hidup tanpanya, tanpa luka. Sudahlah!!! Sudah!! Tak perlu lagi kau datang padaku, memaksaku berdialog dengan tema yang sama.

Terlalu pedih untukku! (Dan kau bahkan tak pernah tahu itu! Aku terlalu pintar bersembunyi dibalik sosok ceria yang sudah terlanjur melekat dibenakmu!)

Aku tahu kau tercipta jauh sebelum Tuhan memutuskan untuk meniupkan napas kehidupan ke ragaku. Tapi bukan berarti karena kau lebih dulu ada, maka kau tahu lebih tahu segalanya. Aku memang terlahir darimu, tumbuhpun aku masih belum lepas dari pelukanmu, tapi bukan berarti kau tahu segalanya tentangku. Kau hanya tahu statusku, bukan diriku. Karena kau hanya melihat, bukan merasa. Seolah, hanya dengan melihat saja, itu sudah cukup menganggap bahwa kau telah mengenalku.

Pernahkah kau menemukanku dalam pelukmu dengan sembab dimataku?? Pernahkah kau merangkulku dititik terendah kegagalanku??? Hah! Tidak!!!! Bahkan sekalipun kau tahu benar akan hal itu! Kau lebih suka memukul sisa-sisa semangatku dengan pedih air liurmu!

Maka, berhentilah…berhentilah mendatangiku!
Karena aku lelah!!! Aku terlalu lelah akan semuanya, dan lelah ini takkan berhenti mengerogotiku jika kau tetap disini…

Maka berhentilah..


No comments:

Post a Comment