ABOUT

ABOUT

Thursday, December 8, 2011

silence is the loudest cries of women


Dear Allah,

Hanya Engkau yang tahu seberapa sulitnya hari-hariku belakangan ini. Aku tahu, semua ini kelak akan berlalu dan aku pun yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Aku percaya Engkau selalu bersamaku, Engkau yang memberiku kekuatan untuk tetap bertahan bahkan disaat aku terpuruk, disaat aku hanya bisa berdiri diatas kakiku sendiri. Engkau takkan memberiku cobaan diluar mampuku dan kalaupun apa yang aku hadapi belakangan ini sungguh menguras peluh, semua ini akan membuatku menjadi ciptaanmu yang lebih kuat dari diriku sebelumnya, setidaknya itu yang aku coba tanamkan dalam benakku.

Tuhan, aku tahu, Engkau telah menguatkan aku. Berkat kuasa-Mu, aku mampu menjalani tiap tugasku dan terus berjuang dalam menyelesaikannya. Kau yang memberiku kekuatan untuk tetap bekerja bahkan disaat aku terlalu letih hingga berujung sakit. Andai saja mata dan tubuhku bisa berbicara, aku tahu mereka akan berteriak memaki-ku. Sungguh Tuhan, hanya Engkau yang tahu seberapa ingin aku berhenti dan mengistirahatkan mereka. Kau bahkan tahu, dengan kondisi tubuhku yang memburuk rasanya menjadi kian tak mudah. Tuhan, sungguh aku ingin menyerah. Tapi, bahkan menyerah pun aku tak bisa.

Mungkin aku bodoh, aku keras kepala, atau mungkin aku hanya sekedar loyal dan iba. Kau pasti tahu, project H***im benar-benar telah menguras waktuku. Dengan hanya tidur kurang dari 4jam/hari tanpa mempedulikan aku makan atau tidak aku sudah mandi atau belum, bahkan untuk beranjak dari depan lepi-ku. Aku bahkan tidak mampu menyediakan waktu untuk menghibur diriku sendiri hanya untuk sekedar menonton TV atau DVD (Beruntunglah aku masih memiliki Ariya, pria yang setidaknya mampu membuatku tersenyum). Seperti itu setiap harinya. Dan bahkan dengan semua itu masih saja belum cukup waktu untuk menuntaskannya.

Kemarin sahabat terdekatku meminta bantuan untukku, agar aku menyelesaikan buklet/notes untuk kantor tempat ia bekerja. Sungguh, aku ingin membantunya, tapi bahkan dengan pekerjaanku yang sekarang saja aku benar-benar tak sanggup. Ditambah memang kondisiku yang sedang memburuk karena terlalu lelah dan kurang tidur. Awalnya aku ingin menolak atau setidaknya aku ingin minta keringanan waktu. Tapi setelah mendengar permohonannya, caranya berbicara padaku dan sebagainya, sungguh aku begitu iba. Aku luluh. Mungkin karena aku melihat ia adalah sahabat baikku.

Aku pun pergi ke kantornya untuk menyelesaikan project buklet kantornya. Aku bahkan benar-benar tak tahu bagaimana cara untuk mencapai kesana dan well....saat itu aku tak punya cukup dana untuk menyewa taxi seperti biasanya. Aku pun pergi dengan kendaraan umum, mulai dari angkot hingga metromini. Dan karena aku sudah terbiasa dihantar sana sini, seperti dugaanku, aku tersesat! Yap!

Untuk beberapa waktu aku masih bisa mengatasi rasa panikku. Tapi saat aku sampai ke daerah perumahaan yang sepi (aku diturunkan disana oleh supir angkot, setelah 5x salah jurusan), dan aku tidak bisa menjumpai seorangpun disana, sungguh rasanya aku ingin menangis. Well, memang menangis lebih tepatnya. Kepalaku kian terasa berkunang-kunang, mungkin karena memang hari itu aku "fix baru saja dinyatakan positif gejala tipes". Seorang teman menghubungiku, lucunya, aku masih saja bisa tertawa dan menjadikan apa yang membuatku menangis itu sebagai bahan candaan. Ah..Tuhan hanya Engkau yang tahu seberapa takutnya aku saat itu. Dan yang membuatku lebih takut adalah saat aku menjumpai beberapa preman disana (setelah aku berjalan cukup jauh dari tempat turun angkot), wajahnya sungguh menyeramkan! Mereka menghampiriku. Dua diantaranya menggodaku dengan mulut manis mereka. Rasanya aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Beruntunglah kala itu ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku. Ia menawari tumpangan. Ojek. Alhamdulillah aku selamat.

Sampai dikantor temanku itu, aku lalu mengerjakan apa yg seharusnya kukerjakan. Mereka tampak khawatir karena aku memang terlambat datang. Andai saja mereka tahu benar apa yang aku alami, mungkin mereka akan lebih khawatir. Tapi aku lebih memilih diam dan menyapa mereka dengan canda seperti biasanya. Hey, bukankah seperti itulah aku yang mereka kenal??

Saat itu sebenarnya aku ingin meminta sedikit rentan waktu 10-20 menit untuk beristirahat, karena sungguh, tubuhku sudah benar-benar lunglai dan kepalaku seperti ingin pecah. Tapi, aku malah diam dan lanjutkan pekerjaanku.

Pekerjaan yang mereka minta sudah selesai kurang lebih sekitar jam8 malam. Konsentrasiku sudah buyar! Aku hanya ingin segera sampai rumah. Untuk istirahat sejenak. Rasanya untuk mengangkat tubuhku saja sudah benar-benar berat. Tapi aku harus kuat.

Ternyata setelah pekerjaan selesai, aku masih belum bisa segera pulang. Aku masih harus menemani mereka ke percetakan. Sungguh aku ikhlas, aku mau, tapi kalau saja aku bisa jujur, aku sudah benar-benar tak sanggup. Aku butuh istirahat. Kali itu hati rasanya benar-benar menjerit. Ingin menangis. Bukan karena mereka, tapi karena aku merasa begitu lemah. Aku marah dengan kondisi tubuhku.

Dititik lemahku, aku teringat padanya, andai saja kala itu aku bisa mendengar suaranya, mungkin aku akan merasa lebih baik. Tuhan, aku tahu, ini tidak benar, tidak seharusnya perasaan ini ada, tapi aku rindu.

Yah, aku terlalu rindu, bahkan disaat aku benar-benar gontai dan hampir runtuh, aku masih sanggup berkompromi dengan tubuhku untuk pergi mencari toko pulsa sebelum pulang. Akupun akhirnya bisa menghubunginya. Sungguh kali itu aku ingin berbicara banyak. Aku ingin ia menemaniku hingga aku tertidur. Aku pasti akan amat sangat bahagia. Dan rasa letihku hari ini pasti akan terhapus. Tapi, saat itu aku sadar, aku tidak boleh egois. Bukan aku yang butuh istirahat, tapi dia. Aku tahu hari itu dia sudah cukup lelah dan tidak seharusnya aku membebaninya dengan lelahku. Maka cukuplah hanya dengan mendengar suaranya, semuanya terbayar.

Hmn..dan kembali ke hari ini, saat aku mendapat telepon lagi dari sahabatku itu tentang permohonannya untuk mendesain beberapa halaman artikel lagi. Rasanya kali ini aku benar-benar ingin menangis. Aku ingin teriak, aku tak sanggup. Tapi, lucunya bukannya aku menangis dihadapannya, aku malah tertawa terbahak-bahak seolah aku membuat lelucuon tentang diriku sendiriku. Hahahaa......

Dan..yep! Lagi-lagi aku tak bisa menolak. Aku terlalu tidak tega melihat sahabatku kesulitan. Kau bahkan tahu benar Tuhan, bagaimana ia mengeluh seberapa streesssnya ia, pusingnya ia, lelahnya ia, dan seberapa takutnya ia akan caci maki atasannya.

Tuhan, kuatkan aku...angkat penyakitku. Tenangkan hatiku. Tuhan, aku tahu, aku wonder woman, manusia robot atau apalah itu, tapi aku juga manusia Tuhan. Aku bukan Engkau. Tapi kali ini aku sungguh ingin menangis. Aku hanya ingin seseorang memelukku dan berkata padaku, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Seseorang yang akan berkata padaku, bahwa aku tidak perlu takut, dan aku bisa melewati ini semua. Oh, Tuhan...jangan biarkan aku merasa sendiri.




No comments:

Post a Comment