ABOUT

ABOUT

Thursday, November 18, 2010

KLR - ch.5 (part.3)

Kertas Lecek Rara - Chapter V (part three)
‘Too Late To Sing Our Old Song Again’


“Nah…udah sampai!”, langkah Arga berhenti didepan sebuah pintu.
“Mau ngapain kita kesini?”, Rara sedikit takut. Melihat ruang kelas yang mereka datangi itu tak ada cahaya sedikitpun. Gelap.
“Sssttt…jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Nanti ketauan!”, bisik Arga.
“Tapi kan itu di gembok! Gimana cara masuknya??”, Rara memelankan suaranya.
“Makannya loe bantuin gue meganging senter! Loe arahin ke lubangnya nanti biar gue yang nyongkel lubangnya pake kawat!”
“Emang sebenernya kita mau ngapain sih?? Nggak ada tempat lain yang lebih terang apa? Ngapain juga musti kesini!!”
“Sstt…udah, loe lakuin aja apa yang gue bilang! Ini penting!!”
“Um..okay!”


“Nah…!! Akhirnya! Kebuka juga kan!”, ucap Arga begitu gemboknya berhasil dibuka. Ia menyalakan lampu pada ruangan itu, kemudian.
“Eh, emang nggak apa-apa gitu lampunya dinyalain? Katanya jangan sampai ketauan!”
“Nggak apa-apa kalo cuma lampu doank, nggak bakalan ada yang merhatiin! Asal jangan berisik aja! Nanti kedengeran bisa repot urusannya!”
“Syukurlah, itung-itung ngurangin rasa takut gue! Hehe”
By the way, Loe tau nggak kenapa gue bawa loe kesini?”
“Kenapa?”
“Ini ruang kelas kita dodol!! Kelas satu enam!! Nostalgia tuh nggak bakalan lengkap kalo loe nggak ngunjungin tempat-tempat bersejarah kayak gini!!”
“Wah, tumben loe Ga, punya ide bagus! Hahhaa”. “Ah….itu kan meja tempat gue duduk!!”, Rara menunjuk sebuah meja kayu. Ia segera berlari ke arah meja tersebut. “Nah, kan! Bener!! Meja gue nih!! Ada tanda tangan bekas pahatan gue soalnya! Aduh…mejaku! Lama tak bersua!! Pasti kamu kangen banget yah sama aku!!”, ia peluk dan ciumi meja itu seolah benda itu hidup.
“Hahaaaa….ada-ada aja loe, Ra!”
“Eh…tulisan yang ini juga masih ada, ternyata!”, Rara menundukan kepalanya, memperhatikan tulisan yang berada tak jauh dari tanda tanggannya.
“Tulisan apa?”, Arga sedikit penasaran.
“Semacam kata-kata mutiara sepertinya! Tapi bukan gue yang nulis! Tau deh siapa! Mungkin orang yang pernah duduk dibangku ini juga kali! Gue suka banget kata-katanya, walaupun gue sebenernya nggak tau persis maksud kata-kata itu apa! Hahhaaa….”
“Emang apa tulisannya?”
“Tapi, ada beberapa kata yang udah pudar! Bentar..bentar gue bacain!”. “You don’t need the light to find love. All you need is intuition. Because….”, Rara berhenti membaca. Ia tidak bisa membaca lanjutannya karena sisa kata-katanya sudah benar-benar pudar.
Because,  love can found you even in the dark. It was the one that illuminated! Loe nggak butuh cahaya untuk menemukan cinta. Yang loe butuhin cuma intuisi loe. Kepekaan! Karena cinta bisa menemukan loe bahkan dalam gelap sekalipun. Karena cinta itu sendiri yang menerangi. Itu kan lanjutannya?”.
Mata Rara terbelalak. “Kok loe bisa tau Ga, lanjutannya? Padahal kan loe nggak baca! Jujur deh! Apa sih yang nggak gue tau??”, Rara dibuat terheran-heran saat mendengar Arga mampu melanjutkan sisa kata-kata yang hilang itu.
“Iyalah…itu gue yang nulis kali!”
“Gue makin nggak ngerti!”
“Iya Ra, sebenernya dari dulu gue udah suka sama loe!”
“Hah! Yang bener loe! Kok bisa?”
“Ya bisalah! Siapa sih yang nggak suka sama cewe secantik dan sepinter elo! Rajin, selalu jadi anak kesayangan guru-guru, selalu ranking tiga besar, dan gue paling suka setiap kali ngeliat rambut loe dikuncir! Seneng aja ngeliatnya! Loe nggak pernah sadar kan kalo gue sering merhatiin loe!”
“Ya…ampun, Ga! Kenapa nggak bilang dari dulu? Kenapa baru sekarang!”
“Gue tau dirilah, nggak mungkin juga loe bisa suka sama gue! Lagipula gue juga nggak enak sama sahabat gue! You know-lah! Makannya gue cuma bisa merhatiin loe aja, ngagumin loe.”
“Serius Ga?”
“Iyalah! Ngapain juga gue bohong sama loe! Loe masih inget kan cd yg gue kasih? Loe tau kenapa disalah satu track-nya gue garis bawahin?”
“Oh iya, gue inget, yang judulnya ‘if you’re not the one’ kan?? Itu bukannya karena emang tuh lagu favorit gue yah?”
“Hmm…mungkin. Tapi alesan gue saat itu milih track yang itu, karena gue pengen nunjukin perasaan gue ke loe secara nggak langsung! Isi lirik lagunya ngegambarin perasaan gue ke elo! Dan loe tau kenapa gue sengaja nulis kata-kata yang tadi dimeja loe? Itu juga cara lain gue untuk bikin loe peka sama perasaan gue ke loe! Tapi, mungkin gue aja yang terlalu bodoh, ngira kalau loe bisa ngerasain semua itu!”
“Sebenernya dulu gue juga suka kali Ga sama loe! Loe masih inget kan waktu dulu, abis pulang sekolah gue ketemuan sama Andi! Yang waktu itu dia mau ngasih gue kado tapi gue tolak! Inget nggak?”
“Inget. Kenapa?”
“Ya ampuunn, Ga! Loe tau nggak sih alesan gue nolak pemberian dia karena apa! Karena ada loe disana! Gue nggak mau kalau loe sampai salah paham dan mikir kalo gue juga suka sama Andi!! Karena sebenernya yang gue suka itu Elo! Bukan Andi!!”
“Hah! Serius loe, RA?”
“Dua rius malah! Loe ngerasa lucu nggak sih? Kita saling suka dan saling ngagumin satu sama lain diem-diem, lebih milih untuk nyembunyiin perasaan kita sampai bertahun-tahun dan ngebiarin semuanya kependem dan berlalu gitu aja! Ya Tuhaaann…!!”


Mendadak Arga mengeksekusi tawa Rara dengan meraih kedua tangannya. Ia tatap mata wanita itu. Tajam. Tanpa berkedip sedikitpun, seolah ia mencoba untuk menyelami sisa-sisa perasaan wanita itu melalui sorot matanya.
Would you be mine, Ra? I love you so much! Just be mine…would you?”, Arga terlihat bersungguh sungguh saat mengatakannya. Matanya berbinar.

(to be continue - read: Ch.V,part.4)

No comments:

Post a Comment