ABOUT

ABOUT

Thursday, November 18, 2010

KLR - ch.3 (Misguided Ghost - part.2)

Kertas Lecek Rara - Chapter III (part two)

3
Misguided Ghost


Hujan masih deras diluar dan Rara mulai merasa semakin mengigil. Demamnya kian menjadi-jadi. Ia seruput teh hangat gratisan dari ibu tadi. Walaupun itu hanya sekedar teh, tetapi sensasi yang ditimbulkannya sungguh berbeda. Terasa lebih mantab dari teh-teh yang pernah ia minum selama ini. Mungkin karena situasi dan kondisinya sedang mendukung, tahu sendiri kan, ia sedang demam, mengigil kedinginan, dan teh hangat memang cocok untuk kondisinya yang seperti itu, ditambah teh itu didapatkan dengan cuma-cuma. Sehingga semakin terasa mantab.
Rara mengeluarkan laptopnya. Mengecek apakah laptopnya itu rusak atau tidak. Syukurlah, ternyata kondisinya masih prima. Untung tadi gue kepikiran bawa jaket tebel!Hahahaa..Biar deh badan gue rusak, asal jangan laptop gue rusak!!! Bisa repoooottt ntar benerinnya. Apalagi kalo ketauan mama! Bisa dimaki-maki!
Saatnya melakukan ritual anak muda jaman sekarang!! Online..online…!! Lumayanlah sambil nunggu ujan reda, mending nge-update status dulu!, pikirnya sambil menyalakan koneksi internetnya.
Diam-diam ternyata ada sepasang mata yang memperhatikannya sejak tadi dan ia sadar akan hal itu, bahwa ia diperhatikan. Ia mencuri pandang pada pria yang memperhatikannya dari tadi itu dan dibuat merinding seketika. Bagaimana tidak, pria itu bertubuh besar, kekar, berambut keriting terlihat tidak terawat yang panjangnya sekitar sebahu, berkumis tebal dengan janggut serta jambang yang bisa dibilang cukup lebat namun sedikit beruban. Pria itu mengenakan kaos tanpa lengan berwarna hitam yang sudah tidak bisa dibilang hitam lagi karena warnanya memang terlihat sudah luntur menjadi hitam kecoklat-coklatan, rompi berbahan jeans belel dengan beberapa sobekan dan jahitan tambalan disana-sini. Dan Rara bisa melihat sebagian tubuhnya dipenuhi dengan tato.
Pria itu tiba-tiba melihat lagi ke arahnya tepat saat ia memperhatikan pria itu. Mata mereka beradu. Buru-buru Rara alihkan pandangannya. Membalik badannya. Jantungnya dibuat berdebar-debar seketika. Paranoid.
Sumpah!! Nggak banget tuh om-om!! Bikin gue merinding ajah!! Bikin Parno!! Amit-amit deh, jangan sampai gue ketemu orang macem kayak gituan lagi!! Masalahnya mending kalo tampang tuh om-om ramah, nah ini nggak ada ramah-ramahnya acan!! Garang iyah!! Brewokkan, kumisan, udah gitu kumisnya lebat gitu! Kemoceng gue kalah kali! Tatoan pula!! Style preman masa kini banget!!! Duh paaaaarrrrrrnooooooooo nih gue!!, jantungnya masih berdebar-debar.


Ia lekas mematikan laptopnya. Memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia takut laptopnya itulah yang nanti akan mengundang perhatian. Sebenarnya ia tidak ada maksud untuk ber- negative thinking pada om-om preman itu dan belum tentu juga om itu benar seorang preman atau orang  jahat, ia hanya ingin berjaga-jaga saja, lagipula tindak kriminalitas terkadang datang tanpa diduga-duga, jadi ia hanya cari amannya saja.
Ia mencoba mengalihkan pikirannya yang aneh-aneh itu, terutama tentang om gahar yang sejak tadi jelas sekali, terang-terangan memperhatikannya terus menerus sambil menyeruput segelas kopi.
Hadooooohhhhhhhhhhh….gue kan jalan-jalan buat jernihin pikiran!!! Kenapa malah jadi parno begini!!! Kampretooosss…!!
Tarik napass…hembuskan..tarik napaaaaaasss…hembuskan.., ia coba untuk tenangkan diri. Berusaha tidak berpikir macam-macam lagi.


Ia perhatikan sekitar. Mengamati gerak-gerik segala hal yang tertangkap oleh kedua matanya. Dari sudut kiri, ia melihat seorang ibu-ibu pengemis sedang merangkul anaknya, seolah ibu-ibu itu berkata, “jangan takut nak, ada ibu disini”. Anak itu menangis, menutup kedua telinga dan matanya rapat-rapat saat terdengar bunyi petir, sementara sang ibu masih merangkulnya erat-erat sambil mengusap-usap tubuh si anak. Mencoba menenangkan anaknya yang sedang ketakutan itu. Sungguh pemandangan yang mengharukan tentang kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Memang benar ternyata ungkapan kasih ibu tak terhingga sepanjang masa dan bahkan Rara yang sudah sebesar itu masih bisa merasakan tulusnya kasih sayang seorang ibu. Sejenak ia jadi teringat akan ibunya. Ingin rasanya ia memeluk erat ibunya. Membisikan ke telinganya betapa ia sungguh mencintai ibunya itu.
Tak jauh dari sana, terlihat ada sepasang pemuda berseragam putih abu abu. Sepertinya mereka pacaran atau semacamnya. Rara bisa melihat si pria tidak berhenti membelai-belai rambut si wanita. Mengecup keningnya. Dilanjut si wanita membalas kecupannya itu dengan mendaratkan kecupan mesra di pipi si pria. Mungkin karena si wanita lebih pendek dari si pria, tingginya saja hanya sepundak si pria, itupun ia masih harus berjingjit-jingjit saat mengecup pipi si pria. Tak terbayang kalau ia harus membalas kecupannya dikening, yang ada ia harus jingjit-jingjit dulu sambil melompat-lompat dan itu pasti akan sangat merepotkan untuknya.
Ngeliat mereka gue jadi keingetan sama Satya!! Huff….tapi percumalah gue inget-inget dia, kayak dia inget gue aja!! Weewww….!! Ayo..Rara…you can do it!! You can do it!! Let him go,  forget him!! If he was stupid enough to walk away, you must be smart enough to let him go!! I know you can!! Go go go go!! GUE PASTI BISA!! AMIN...


Pandangan mata Rara kini beralih sekitar lima meter dari ujung trotoar. Kali ini ia melihat seorang kakek-kakek. Tubuhnya kurus. Seperti tulang terbalut kulit. Ia bisa melihat tulang-tulang ditubuhnya menonjol dibalik kulitnya yang dekil itu. Kakek berpakaian lusuh itu terlihat meringkuk diatas karton-karton yang sepertinya sengaja sudah ia susun untuk dijadikan alasnya tidur. Beberapa lalat beterbangan diatasnya, tapi kakek-kakek itu seolah tidak memperdulikannya, ia masih memejamkan matanya, mungkin karena lalat-lalat itu sudah menjadi bagian dari kesehariannya sehingga ia tampak tak canggung sekalipun tubuhnya harus dihinggapi lalat-lalat itu. Mungkin ini yang namanya kekuatan bersyukur. Kakek itu bersyukur dengan apa yang mampu ia nikmati, bukan memusingkan apa yang tidak mampu ia miliki. Sesaat Rara salut dengan kakek itu. Kakek-kakek itu bisa tidur pulas bahkan dipinggir jalan sekalipun. Diatas karton. Dengan segerombolan lalat yang dari tadi beterbangan disekitarnya. Seolah semua beban hidupnya lenyap saat itu juga.
Hmnnn…ternyata, ngamatin tingkah laku orang tuh seru juga yah…!!! Tapi, kok gue ngerasa sepatu gue yang kanan, anget-anget, lembab, gituh yah??
Ia menengok ke bawah. Mencari tahu kenapa kakinya bisa terasa hangat tiba-tiba. Whaaattt!!!!  A-P-A-A-N……….N-I-H???!!!! Dasar kuciiiing sialaaaaaaaaaannnnnn!!! Kampreeeetooooss!!! Kuraaaaaaaaaaannng NGAJAAAARR!!!
Huuufffffffffttt….huffttt…..sabar….sabar…..hmmfttt…!!! Bener-bener nih kucing!!! Kencing di sepatu gue nggak bilang-bilang!!! Arggggggggggggggggghhhh…. sepatuuuu gue!!! Euwwww…..jijaaaaaaaayyyyyy…. hmffttt….bauuuuuuuuu pesiiiiiinggg!!! Aghhhh… beteeee….!!! Sebenernya sih gue jijikkkkk banget! Tapi, masa gue musti nyeker sih!!! Kampreetooss….
Ah, gue semprotin minyak wangi aja kali yah!! Kan lumayan tuh bisa nyamarin bau pesing laknat itu!!


Ahhhh….akhirnya ujannya reda juga!
Tiba-tiba saja ia terpikir pergi ke museum Fatahilah. Sebelum pergi ia menyempatkan diri berpamitan dengan pemilik warung. Ibu-ibu langka yang sudah ramah sekali padanya itu. Dan ternyata keramahannya itu memang benar terbukti. Saat ia pamit, ia dibekali martabak yang tadi disuguhkan padanya itu.
Duh, duh…I lope you pull deh bu..!! Jasa-jasamu semoga dibales 1000 kali lipat oleh Tuhan. Amin…huhuuu…jadi terharuuuuuu….


Jadi pemberhentian selanjutnya adalah museum Fatahilallah. Nah permasalahannya adalah ia sudah lupa arah untuk sampai kesana. Terakhir kali ia ke museum itu saat ia masih mengenakan seragam putih merah, itupun pergi dengan bis rombongan, ditambah selama perjalanan ia tidak memperhatikan jalan, bahkan ia sempat tertidur,  jadi kali ini ia hanya mengandalkan insting-nya saja.
Pake jurus sotoy aja lah!! Lagipula emang segede apaan sih nih daerah!! Ntar juga palingan ketemu!!! Hahahaaa…, pikirnya meremehkan.


15 menit..



30 menit…





45 menit…….


Dan
1jam kemudian…
Okeh!! Gue nyeraaah!!! WwuaaaaAAA….
Sekarang gue ada dimana nih?? Dari tadi jalan-jalan nggak jelas!! Wah!! Beneran nyasar nih gue kayaknya!!! UDAH BERASA KAYAK MISGUIDED GHOST beneran! WweeEewwWWw….
Kalo bonyok gue sampe tau anaknya luntang-lantung nggak jelas kayak gini, bisa dimaki-maki nih gue!! Bisa di eksekusi! Di doOooooor ditempat! Atau paling nggak digerek ke tiang depan rumah!! WweEEww………..!!!
Hadoh…dimanaaaa sih nih…!!! Sumpah, gue mulai parno!!!


(to be continue.. - read: Ch. III, part 3)

No comments:

Post a Comment